Rahmad Maulizar, Bergerilya Antar Ribuan Anak Bibir Sumbing Operasi Gratis

Ada yang bilang bahwa mereka yang berjuang untuk sesuatu dengan sungguh-sungguh, didasari oleh nasib yang sama di masa lalu. Mungkin hal seperti itu juga dialami oleh seorang Rahmad Maulizar. Pemuda kelahiran Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, pada 20 September 1993 silam itu bergerak lantaran alasan ‘senasib sepenanggungan’.

Terlahir dengan kondisi bibir sumbing, Rahmad harus melewati masa kecil hingga remaja yang penuh perjuangan. Dia bahkan harus menerima nasib saat makan, minum dan berbicara yang terbatas karena kondisi fisiknya. Belum lagi lantaran tidak terlahir sempurna, bibir sumbing kerap menjadikan Rahmad sebagai sasaran perundungan.

Lambat laun kondisi-kondisi ini membuat Rahmad kecil tumbuh menjadi sosok yang rendah diri dan enggan bergaul. Namun Rahmad enggan menyerah dan ingin melawan intimidasi itu. Seperti dilansir Kumparan Plus, Rahmad bahkan berani melawan siapapun yang mengejek bibir sumbingnya kala menginjak bangku SMP dan SMA.

Tak ingin membiarkan sang buah hati selalu menjalani hari-hari yang berat, orangtua Rahmad pun mengajaknya melakukan operasi perbaikan celah bibir dan langit-langit mulut pada tahun 2004. Sayang, operasi yang digelar sebelum musibah tsunami besar melanda Aceh itu tidak berjalan sesuai harapan Rahmad. Rahmad pun mulai merasa pasrah akan kondisi bibirnya yang belum juga normal.

Hingga akhirnya sinyal harapan itu muncul di tahun 2007. Kegiatan operasi bibir sumbing gratis dari Yayasan Smile Train Indonesia di Banda Aceh, membuat hidup Rahmad langsung berubah untuk selama-lamanya.

Sembuh dari Bibir Sumbing, Rahmad Menjadi Pahlawan Mereka yang Senasib

Rahmad Maulizar
Rahmad Maulizar gerilya keliling Aceh foto: dokumen pribadi Rahmad Maulizar

Melalui Yayasan Smile Train Indonesia, Rahmad pun berkenalan dengan Dr. M. Jailani, SpBE-RE (K), ahli bedah plastik rekonstruksi estetik. Pada tahun 2008, Rahmad kembali menjalani operasi bibir sumbing di RSU Malayahati, Banda Aceh untuk perbaikan celah bibir dan langit-langit mulut. Setelah serangkaian tahapan operasi, bibir sumbing Rahmad pun benar-benar hilang pada tahun 2010.

Kebahagiaan luar biasa itu membuat Rahmad memberikan informasi soal program bibir sumbing gratis ke banyak warga aceh lain. Tanpa sadar, Rahmad sudah menggerakkan semangat mereka yang juga mengalami bibr sumbing sehingga membuatnya menjadi sukarelawan Yayasan Smile Train Indonesia.

Ingin memperjuangkan mereka yang bernasib serupa dirinya, Rahmad pun rela menempuh jarak ratusan kilometer berkeliling Aceh dengan sepeda motor. Hampir seluruh kawasan dataran rendah hingga dataran tinggi di Provinsi Aceh sudah dikunjungi Rahmad, demi ‘memburu’ anak-anak berbibir sumbing agar mengalami perubahan nasib seperti dirinya.

Rahmad bahkan rela menempelkan brosur, spanduk, poster, membagikan telepon demi upaya sosialisasi pada siapapun yang dia temui. Sudah aktif sejak tahun 2010, tanpa sadar perjuangan Rahmad untuk kalangan bibir sumbing sudah berjalan lebih dari satu dekade. Berdasarkan informasi Yayasan Smile Train Indonesia, semenjak Rahmad tergabung ternyata ada peningkatan tajam untuk operasi bibir sumbing gratis.

Rahmad Maulizar
Rahmad Maulizar dan pasien bibir sumbing foto: dokumen pribadi Rahmad

Tak main-main, sedikitnya ada 6.000 tindakan operasi bibir sumbing gratis yang sudah dilakukan sepanjang 2010-2021. Jauh lebih besar daripada operasi pada periode 2007-2010 yang mencapai 1.000 tindakan saja.

“Sebagian dari ribuan anak yang saya antar untuk operasi bibir sumbing gratis itu adalah anak dari keluarga kurang mampu. Banyak dari mereka yang ingin mengoperasi anaknya tapi terkendala dana, apalagi untuk ekali operasi bibir sumbing butuh biaya bingga Rp25 juta,” cerita Rahmad.

Tak cuma sekadar memberikan operasi gratis, para pasien bibir sumbing ini juga disediakan rumah singgah dari donatur Smile Train Indonesia. Kini dengan ada 2,1 kasus bibir sumbing di antara 1.000 kelahiran pada etnis Asia, tentu upaya yang dilakukan Rahmad tak ada ubahnya seperti memberikan harapan atas masa depan baru bagi generasi di Indonesia.

Jalan Panjang Rahmad Raih SATU Indonesia Awards 2021

Rahmad Maulizar
Rahmad Maulizar bersama keluarga pasien bibir sumbin foto: dokumen pribadi Rahmad

Kini meskipun sudah ribuan anak bibir sumbing memperoleh ‘kehidupan’ baru berkat upayanya, Rahmad enggan berhenti. Rahmad bahkan terus semangat memebrikan sosialisasi soal bibir sumbing ini kepada ibu-ibu hamil. 

Menurut dr. Gentur Sudjatmiko SpB, SpBP-RE (K) dalam bukunya Mengenal Sumbing, jumlah pasien bibir dan langit-langit mulut sumbing di Tanah Air mencapai 3.000 – 6.000 kelahiran per tahun. Biasanya bibir sumbing ini mulai terlihat pada usia kehamilan di pekan kelima hingga kesembilan. Tentu saja jika dibiarkan, bibir sumbing yang dipicu kurangnya gizi pada ibu hamil bisa membuat bayi lahir cacat dan kehilangan senyum seperti yang dialami Rahmad.

Tak ingin nasib masa kecilnya yang sendu merenggut generasi muda itulah, Rahmad terus mencari anak-anak bibir sumbing lain. Upaya ini akhirnya membuat Astra mengapresiasi perjuangan Rahmad. Pada tahun 2021 silam genap saat dirinya berusia 28 tahun, Rahmad menjadi satu dari enam orang Indonesia peraih SATU Indonesia Awards (SIA).

Rahmad Maulizar penerima SATU Indonesia Awards 2021 foto: dokumentasi SIA

“Penghargaan ini adalah semangat bagi saya untuk terus berkomitmen membantu menjemput harapan anak-anak bibir sumbing yang kurang mampu, agar mendapat operasi gratis dari Smile Train Indonesia. Alhamdulillah, ini semua berkat dukungan orangtua, istri dan para sahabat,” papar Rahmad berseri-seri.

Akan sejauh apa Rahmad berjalan? Mungkin saja semangatnya mampu mengubah anak-anak Indonesia lain yang mengalami bibir sumbing, dan memberikan senyum baru pada masa depan mereka.

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑